Kenapa Merasa Pusing Setelah Menaiki Bus? Ini Penjelasan Medis dan Tips Mengatasinya

Satupiston.com - Assalamu'alaikum. Rasa pusing setelah menaiki bus adalah pengalaman umum yang dialami banyak orang.
Kondisi ini sering kali muncul tanpa disadari dan membuat perjalanan terasa tidak nyaman.
Meski terlihat sepele, sensasi kepala berputar atau mual setelah perjalanan dengan bus sebenarnya memiliki penjelasan medis yang cukup kompleks.
Fenomena ini dikenal dalam dunia medis sebagai motion sickness atau mabuk perjalanan.
Kondisi ini terjadi ketika otak menerima sinyal yang saling bertentangan dari organ tubuh yang berperan dalam keseimbangan, seperti mata dan telinga bagian dalam.
Saat seseorang berada di dalam bus yang sedang bergerak, mata mungkin tidak merasakan perubahan posisi tubuh karena pandangan tertuju ke dalam kabin yang relatif statis.
Namun, telinga bagian dalam atau sistem vestibular merasakan getaran dan gerakan kendaraan.
Ketidaksesuaian sinyal antara penglihatan dan sistem vestibular inilah yang memicu munculnya gejala pusing, mual, hingga keringat dingin.
Otak manusia memiliki mekanisme yang sangat sensitif terhadap ketidakseimbangan sinyal sensorik.
Ketika sistem tersebut mendeteksi gerakan tetapi mata tidak mengonfirmasi hal yang sama, otak menafsirkan hal itu sebagai gangguan yang bisa jadi mirip efek racun.
Sebagai respons, tubuh akan menimbulkan gejala seperti mual dan pusing sebagai bentuk perlindungan diri.
Selain faktor tersebut, kualitas udara di dalam bus juga bisa memperburuk kondisi seseorang.
Ventilasi yang buruk, aroma bahan bakar, atau bau parfum kabin yang terlalu kuat dapat memicu rasa tidak nyaman di sistem pernapasan.
Kombinasi antara udara pengap dan getaran kendaraan membuat tubuh semakin sulit menyesuaikan diri, terutama bagi penumpang yang memiliki riwayat vertigo atau tekanan darah rendah.
Posisi duduk juga berperan penting dalam timbulnya rasa pusing.
Penumpang yang duduk di bagian belakang bus biasanya lebih sering mengalami motion sickness karena area ini menerima getaran paling besar dibandingkan bagian depan.
Sementara itu, duduk di dekat jendela atau di bagian depan cenderung mengurangi risiko karena pandangan lebih mudah menangkap arah gerak kendaraan.
Secara psikologis, kecemasan saat perjalanan juga bisa memperparah gejala pusing.
Orang yang memiliki rasa takut terhadap perjalanan jauh atau kondisi jalan berliku akan lebih mudah mengalami mabuk perjalanan.
Hal ini karena stres dapat memengaruhi kerja sistem saraf otonom yang berperan dalam keseimbangan tubuh.
Selain itu, kurang tidur dan kondisi perut kosong sebelum perjalanan juga meningkatkan risiko seseorang mengalami pusing di dalam bus.
Tubuh yang kekurangan energi akan lebih sensitif terhadap perubahan gerakan dan suhu di lingkungan sekitar.
Dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat diatasi dengan langkah sederhana seperti memilih tempat duduk yang stabil dan memastikan sirkulasi udara dalam bus tetap baik.
Menatap pemandangan di luar jendela juga membantu otak menyesuaikan gerakan tubuh dengan visual yang dilihat.
Namun, bagi sebagian orang, langkah ini tidak selalu efektif karena sensitivitas tubuh terhadap gerakan berbeda-beda.
Penggunaan obat anti-mabuk seperti dimenhidrinat atau meklizin bisa menjadi solusi bagi yang sering mengalami pusing setelah naik bus.
Obat ini bekerja dengan menekan aktivitas saraf yang memicu sinyal mual dan pusing.
Meski begitu, penggunaannya tetap disarankan sesuai dosis dan petunjuk dokter untuk menghindari efek samping seperti kantuk berlebihan.
Selain obat, cara alami seperti mengonsumsi jahe atau menghirup aroma mint juga dipercaya dapat meredakan gejala.
Kandungan senyawa aktif dalam jahe mampu menenangkan sistem pencernaan dan membantu mengatur keseimbangan tubuh.
Mengatur napas secara perlahan dan tetap fokus pada titik pandang yang stabil juga membantu menenangkan sistem vestibular.
Jika rasa pusing muncul setelah turun dari bus, sebaiknya hindari langsung berjalan cepat atau menunduk terlalu lama.
Berikan waktu bagi tubuh untuk menyesuaikan kembali keseimbangannya dengan lingkungan yang diam.
Minum air putih dan mengonsumsi makanan ringan juga dapat membantu menstabilkan kondisi tubuh setelah perjalanan panjang.
Dalam konteks kesehatan umum, rasa pusing setelah menaiki bus biasanya tidak berbahaya dan akan hilang dalam waktu singkat.
Namun, bila gejala berlangsung lama atau disertai keluhan lain seperti penglihatan kabur, sakit kepala berat, atau kehilangan keseimbangan, maka pemeriksaan medis diperlukan.
Dokter biasanya akan melakukan evaluasi terhadap fungsi vestibular dan kemungkinan adanya gangguan neurologis yang lebih serius.
Wassalamu'alaikum.