Apa Itu PTS dalam F1? Ternyata Ini Makna Sebenarnya di Balik Istilah yang Sering Muncul di Klasemen Balap Formula 1

Satupiston.com - Assalamu'alaikum. Formula 1 dikenal dengan istilah teknis yang rumit, namun ada satu singkatan yang sering muncul di papan klasemen dan membuat penonton penasaran: PTS.
Bagi sebagian penggemar baru, istilah “PTS” kerap membingungkan karena muncul di setiap tabel peringkat pembalap dan konstruktor.
Padahal, istilah ini memiliki makna penting dalam sistem kompetisi Formula 1 yang menentukan siapa juara dunia setiap musimnya.
Secara sederhana, PTS dalam F1 adalah singkatan dari “Points” atau poin dalam bahasa Indonesia.
Istilah ini menunjukkan jumlah nilai yang berhasil dikumpulkan oleh seorang pembalap atau tim sepanjang musim balapan.
Setiap posisi akhir dalam sebuah Grand Prix memberikan poin berbeda, tergantung pada peringkat finis dan beberapa faktor tambahan seperti lap tercepat atau sprint race.
Sistem poin ini telah menjadi jantung dari kompetisi F1 sejak awal berdirinya, karena menjadi ukuran utama prestasi seorang pembalap.
Pembalap dengan jumlah poin terbanyak di akhir musim akan dinobatkan sebagai Juara Dunia Formula 1, sementara tim dengan poin terbanyak dalam klasemen konstruktor menjadi Juara Dunia Konstruktor.
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa sistem PTS dalam F1 telah mengalami perubahan berkali-kali sepanjang sejarahnya.
Dahulu, pada era 1950-an, hanya lima besar yang mendapatkan poin, dan nilai tertinggi saat itu adalah 8 poin untuk juara pertama.
Kini, sistem tersebut telah disesuaikan agar lebih kompetitif dan memberi peluang bagi lebih banyak pembalap untuk mencetak poin.
Sejak 2010, FIA (Federation Internationale de l’Automobile) menetapkan sistem poin modern yang memberikan nilai kepada 10 pembalap teratas dalam setiap balapan.
Rinciannya adalah: posisi pertama mendapat 25 poin, kedua 18 poin, ketiga 15 poin, dan seterusnya hingga posisi ke-10 yang memperoleh 1 poin.
Selain itu, sejak 2019, F1 juga memberikan tambahan 1 poin bagi pembalap yang mencatatkan lap tercepat (fastest lap), asalkan pembalap tersebut finis di posisi 10 besar.
Artinya, sebuah balapan kini bisa menghasilkan maksimal 26 poin bagi seorang pembalap.
Selain balapan utama, poin juga dapat diperoleh dari Sprint Race, format balapan pendek yang digelar di beberapa seri tertentu.
Dalam format sprint, pembalap yang finis di posisi pertama mendapat 8 poin, kedua 7 poin, dan seterusnya hingga posisi kedelapan yang memperoleh 1 poin.
Sistem ini memberikan dimensi baru dalam strategi tim, karena pembalap kini memiliki lebih banyak peluang untuk mengumpulkan poin.
Bagi tim, setiap poin sangat berarti karena turut menentukan besaran hadiah uang dan posisi akhir dalam klasemen konstruktor.
Tim dengan total poin tertinggi biasanya mendapatkan dana lebih besar dari hak siar dan sponsor, yang berpengaruh langsung terhadap pengembangan mobil musim berikutnya.
Menariknya, poin juga tidak hanya menggambarkan performa di lintasan, tetapi juga mencerminkan konsistensi dan keandalan mobil.
Seorang pembalap bisa saja tidak selalu menang, tetapi dengan sering finis di posisi tinggi, ia tetap berpeluang besar menjadi juara dunia berkat akumulasi poin.
Sebagai contoh, Kimi Räikkönen pernah menjuarai F1 2007 meski tidak memenangkan balapan sebanyak rivalnya, berkat stabilitas dan konsistensi dalam mengumpulkan poin.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam F1, strategi dan keandalan sama pentingnya dengan kecepatan murni.
Selain untuk pembalap, PTS juga dihitung secara kolektif bagi konstruktor atau tim, seperti Red Bull, Ferrari, dan Mercedes.
Setiap poin yang diraih pembalap dari tim yang sama akan dijumlahkan untuk menentukan posisi tim di klasemen konstruktor.
Klasemen ini penting karena menjadi dasar distribusi hadiah finansial dari F1 Management dan FIA setiap akhir musim.
Dengan kata lain, semakin banyak poin (PTS) yang dikumpulkan, semakin besar keuntungan finansial dan prestise yang didapat tim.
Tidak jarang, perbedaan hanya beberapa poin dapat menentukan nasib tim, seperti yang terjadi pada perebutan posisi antara McLaren dan Alpine di musim 2022.
Selain itu, sistem PTS juga menjadi bahan analisis penting bagi pengamat dan media untuk menilai performa pembalap sepanjang musim.
Bahkan, beberapa pembalap pemula menargetkan untuk “meraih poin pertama” mereka di F1 sebagai tonggak penting dalam karier.
Karena itulah, ketika papan hasil menunjukkan “PTS: 0”, artinya pembalap tersebut belum berhasil finis di posisi yang menghasilkan poin.
Sedangkan pembalap dengan PTS tinggi biasanya mencerminkan performa konsisten, efisien, dan dukungan teknis yang kuat dari tim.
Dalam konteks modern, PTS juga digunakan dalam sistem super license FIA, yakni lisensi balap tertinggi yang diperlukan untuk bisa berkompetisi di F1.
Calon pembalap F1 harus mengumpulkan minimal 40 poin super license dari kompetisi lain seperti Formula 2, IndyCar, atau WEC dalam tiga tahun terakhir.
Dengan demikian, konsep “PTS” tidak hanya penting dalam klasemen, tetapi juga berperan vital dalam menentukan siapa yang layak turun di ajang balapan paling bergengsi di dunia ini.
Wassalamu'alaikum.