Sering Ditakutkan, Kenapa Ada Motor Listrik yang Tidak Kuat Nanjak?

Table of Contents

 Satupiston.com - Assalamu'alaikum. Kekhawatiran pengguna terhadap motor listrik yang tidak kuat menanjak kerap menjadi alasan enggan beralih dari motor bensin ke motor listrik.

Sering Ditakutkan, Kenapa Ada Motor Listrik yang Tidak Kuat Nanjak?
 Ilustrasi beberapa motor listrik kesulitan di tanjakan karena torsi dan daya motor terbatas.


Dalam beberapa kasus, banyak pengendara merasa kecewa ketika motor listrik yang mereka gunakan gagal menaklukkan jalan menanjak meski dalam kondisi baterai penuh.


Fenomena ini memunculkan stigma bahwa motor listrik belum cukup tangguh untuk digunakan di medan berat seperti perbukitan atau tanjakan terjal.


Padahal, penyebab lemahnya performa motor listrik di tanjakan tidak semata-mata karena teknologinya yang belum mumpuni.


Beberapa motor listrik memang memiliki keterbatasan dalam menanjak, tetapi bukan berarti semua kendaraan listrik lemah di area tersebut.


Faktor teknis seperti torsi, daya motor, dan sistem penggerak memainkan peran penting dalam menentukan performa motor listrik di tanjakan.


Motor listrik pada dasarnya menghasilkan torsi secara instan, yang seharusnya membuatnya lebih mudah untuk menaklukkan tanjakan dibandingkan motor bensin.


Namun, pada kenyataannya, banyak motor listrik entry-level justru kesulitan melintasi tanjakan, terutama jika membawa beban berat atau penumpang tambahan.


Salah satu penyebab utamanya adalah kapasitas daya motor yang relatif kecil, biasanya hanya berkisar 1.000 hingga 2.000 watt, yang tidak cukup untuk menghadapi kemiringan ekstrem.


Selain itu, banyak model motor listrik yang menggunakan sistem hub drive di roda belakang tanpa transmisi, sehingga tidak memiliki opsi pengaturan rasio tenaga seperti motor bensin.


Penggunaan sistem penggerak tanpa transmisi memang menyederhanakan desain dan perawatan, tetapi berdampak pada penurunan efisiensi saat kendaraan menghadapi beban kerja yang tinggi.


Selain motor, kontroler atau pengendali arus listrik juga berperan penting dalam performa tanjakan.


Kontroler yang dibatasi untuk alasan keamanan baterai atau efisiensi daya akan membatasi jumlah arus yang masuk ke motor, sehingga tenaga yang dihasilkan tidak maksimal.


Kondisi baterai yang tidak optimal juga turut mempengaruhi performa tanjakan, karena saat tanjakan dibutuhkan daya puncak yang tinggi dalam waktu singkat.


Jika baterai dalam kondisi lemah atau menggunakan sel berkualitas rendah, maka arus tidak mencukupi dan motor akan kehilangan tenaga di tengah jalan.


Kualitas dan desain rangka motor listrik juga perlu diperhatikan, sebab motor dengan bobot terlalu berat namun tenaga kecil akan semakin kesulitan di medan menanjak.


Di sisi lain, motor listrik premium dengan spesifikasi tinggi seperti motor berdaya di atas 3.000 watt atau dengan sistem mid-drive, biasanya tidak mengalami kesulitan di tanjakan.


Jenis mid-drive memungkinkan motor listrik mengandalkan sistem gear sepeda motor konvensional, sehingga torsi bisa dikalibrasi sesuai kebutuhan.


Teknologi ini masih jarang ditemukan di motor listrik kelas entry-level karena harga produksinya lebih tinggi.


Konsumen pun perlu memahami spesifikasi teknis motor listrik sebelum membeli, terutama jika rute harian melintasi wilayah perbukitan.


Beberapa produsen motor listrik lokal maupun internasional mulai menyadari pentingnya aspek kemampuan menanjak, dan mulai merancang model dengan performa torsi tinggi.


Namun tetap, edukasi kepada konsumen harus diperkuat agar masyarakat tidak sekadar melihat desain dan harga, tetapi juga mempertimbangkan performa teknis sesuai kebutuhan harian.


Banyak masyarakat yang terjebak pada promosi hemat energi tanpa mempertimbangkan apakah motor listrik tersebut bisa digunakan di medan ekstrem seperti di daerah pegunungan.


Kendaraan listrik memang hadir dengan keunggulan ramah lingkungan dan biaya operasional rendah, namun performa tetap menjadi faktor utama yang tidak bisa diabaikan.


Sebagian pengendara bahkan menyiasati keterbatasan tanjakan dengan memodifikasi motor atau mengganti komponen penggerak dan baterai agar lebih bertenaga.


Namun tindakan tersebut justru dapat mengurangi umur baterai atau bahkan merusak sistem pengendali jika tidak dilakukan secara tepat.


Solusi jangka panjang adalah inovasi dari pihak produsen dalam menciptakan motor listrik yang mampu mengatasi berbagai kontur jalan Indonesia yang beragam.


Salah satu pendekatan yang mulai dikembangkan adalah motor listrik dual mode, yaitu sistem yang dapat menyesuaikan tenaga antara mode hemat dan mode performa.


Teknologi ini memungkinkan pengendara menambah tenaga saat dibutuhkan, seperti saat menanjak atau membawa beban berat.


Penggunaan teknologi tersebut perlu diiringi dengan peningkatan kualitas baterai dan pengendali daya agar sistem tidak mudah rusak.


Secara bertahap, ekosistem motor listrik Indonesia juga harus disesuaikan, termasuk edukasi kepada pengguna, peningkatan regulasi standar kendaraan listrik, serta penyediaan infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian cepat.


Pada akhirnya, motor listrik yang tidak kuat menanjak bukan sekadar persoalan teknis, tetapi gabungan dari faktor desain, spesifikasi, serta ekspektasi pengguna yang belum teredukasi secara utuh.


Dengan memahami faktor penyebab tersebut, masyarakat bisa lebih bijak dalam memilih motor listrik yang sesuai kebutuhan dan karakteristik wilayah tempat tinggalnya.


Di masa depan, motor listrik yang tangguh di tanjakan bukan lagi mitos, melainkan kebutuhan yang bisa diwujudkan dengan teknologi dan edukasi yang tepat.

Wassalamu'alaikum.

Irvan, S.E.
Irvan, S.E. Hallo, Saya Irvan, Saya adalah blogger yang sudah aktif menulis mengenai seluk-beluk permotoran sejak tahun 2019 dan sekarang merambah ke permobilan. Saya adalah lulusan SMK Otomotif di tahun 2015 dan lulus sebagai Sarjana Ekonomi di tahun 2019.

 ⚠  Iklan  ⚠ 
 ⚠  Iklan  ⚠ 

 ⚠  Iklan  ⚠ 

Suka dengan artikel Satupiston.com? Jangan lupa subscribe kami di Youtube :)