Mobil Listrik Apakah Cocok untuk Jarak Jauh? Efisien tapi Ribet?
Satupiston.com - Perkembangan mobil listrik di Indonesia semakin mencuri perhatian publik, terutama dalam konteks penggunaannya untuk perjalanan jarak jauh.

Popularitas mobil listrik meningkat pesat seiring dengan kampanye energi bersih dan insentif dari pemerintah.
Namun, banyak calon pengguna masih mempertanyakan efisiensi dan kepraktisan kendaraan listrik dalam skenario perjalanan lintas kota atau bahkan antarprovinsi.
Mobil listrik kerap digadang-gadang sebagai solusi ramah lingkungan di tengah desakan pengurangan emisi karbon global.
Namun, ketika berbicara mengenai perjalanan jarak jauh, tantangan utama justru tidak lagi pada sisi teknologi baterai, melainkan pada kesiapan infrastruktur dan kenyamanan pengguna.
Tidak sedikit pengguna yang akhirnya merasa bahwa meski biaya operasional mobil listrik tergolong hemat, proses pengisian daya dan keterbatasan jarak tempuh membuat mereka berpikir ulang.
Untuk menjawab pertanyaan mengenai mobil listrik mana yang cocok untuk perjalanan jauh, maka beberapa aspek penting perlu diperhatikan: kapasitas baterai, jarak tempuh per pengisian penuh, dukungan fast charging, serta ketersediaan stasiun pengisian umum.
Beberapa model mobil listrik yang beredar di Indonesia memiliki daya tempuh yang cukup menarik, bahkan bisa mencapai lebih dari 400 kilometer dalam satu kali pengisian daya penuh.
Misalnya, Hyundai Ioniq 5 Long Range dan Tesla Model 3 Long Range menjadi dua contoh yang sering dibicarakan karena performa baterainya yang unggul.
Namun, walaupun secara spesifikasi menjanjikan, tantangan nyata muncul ketika pengguna hendak melakukan perjalanan ke luar kota dan harus bergantung pada jaringan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) yang belum merata.
Meskipun Kementerian ESDM bersama PLN telah mempercepat pembangunan SPKLU di sepanjang jalur tol Trans Jawa dan Trans Sumatera, jaraknya yang tidak serapat SPBU konvensional membuat sebagian pengguna merasa was-was.
Pengguna mobil listrik yang melakukan perjalanan jauh umumnya harus merancang rute dengan detail, memperhitungkan titik pengisian daya, dan durasi waktu yang dibutuhkan untuk setiap sesi charging.
Dalam kondisi ideal, pengisian daya cepat (fast charging) dapat mengisi 80% baterai dalam waktu 30 hingga 60 menit, tergantung pada kapasitas charger dan model kendaraan.
Namun tidak semua SPKLU menyediakan fasilitas fast charging, dan terkadang antrean juga terjadi di titik-titik tertentu yang ramai pengguna.
Kepraktisan inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi pengguna mobil listrik jarak jauh, terutama jika dibandingkan dengan kendaraan konvensional yang hanya butuh waktu lima menit untuk mengisi bahan bakar dan langsung melanjutkan perjalanan.
Selain itu, pengguna juga perlu memahami bahwa efisiensi mobil listrik sangat bergantung pada gaya berkendara.
Penggunaan AC secara berlebihan, kecepatan tinggi, atau kondisi lalu lintas macet dapat menguras daya baterai lebih cepat dari perkiraan.
Namun demikian, dari sisi biaya, mobil listrik tetap unggul untuk perjalanan jauh.
Jika dihitung berdasarkan rata-rata tarif listrik per kWh dan konsumsi energi kendaraan, biaya operasional per kilometer bisa mencapai seperempat dari kendaraan berbahan bakar bensin.
Dengan begitu, meskipun memerlukan perencanaan lebih matang, mobil listrik tetap menjadi pilihan hemat bagi pengguna yang ingin melakukan perjalanan jauh dengan anggaran terbatas.
Sebagai catatan tambahan, ada pula mobil listrik dengan teknologi range extender atau hybrid plug-in yang bisa menjadi opsi menengah bagi pengguna yang belum sepenuhnya yakin dengan 100% mobil listrik.
Model seperti Toyota Prius Plug-in atau BMW i3 REx misalnya, menggabungkan mesin pembakaran internal kecil sebagai cadangan jika baterai habis dalam perjalanan jauh.
Dalam konteks Indonesia, solusi jangka pendek adalah dengan mengedukasi pengguna tentang teknik berkendara hemat energi dan menyediakan platform digital yang dapat membantu perencanaan rute dan titik pengisian baterai.
Aplikasi seperti PLN Mobile, Charge.IN, hingga Google Maps versi terbaru mulai mengintegrasikan fitur pencarian SPKLU yang sangat membantu pengemudi EV.
Di sisi lain, produsen otomotif dan pemerintah juga perlu bekerja sama memperluas jaringan pengisian daya, terutama di wilayah yang belum tersentuh seperti kawasan timur Indonesia dan jalur wisata yang ramai saat musim liburan.
Kebijakan insentif dan penyederhanaan prosedur pemasangan charger di rumah juga bisa menjadi pemicu adopsi lebih luas.
Pada akhirnya, mobil listrik memang menawarkan efisiensi yang menjanjikan, tetapi tantangannya terletak pada kepraktisan penggunaannya untuk mobilitas jarak jauh.
Diperlukan pendekatan holistik yang tidak hanya fokus pada teknologi kendaraan, tetapi juga ekosistem pendukung yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat secara nyata.
Dengan pertumbuhan infrastruktur yang konsisten dan pemahaman publik yang meningkat, mobil listrik sangat mungkin menjadi kendaraan utama untuk perjalanan jauh di masa depan.
Namun hingga saat ini, pengguna masih harus berdamai dengan beberapa keterbatasan demi mendapatkan keuntungan biaya dan kontribusi pada lingkungan yang lebih bersih.***