Kenapa Motor Listrik Polytron Sewa Baterai ? Ini Alasannya

Daftar Isi

 Satupiston.com - Assalamu'alaikum. Polytron mengambil pendekatan berbeda dalam strategi penjualan motor listrik Fox-R dengan tidak menyertakan baterai sebagai bagian dari pembelian unit.

Kenapa Motor Listrik Polytron Sewa Baterai ? Ini Alasannya


Langkah ini menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan konsumen, terutama terkait alasan di balik kebijakan sewa baterai yang dikenakan setiap bulan.


Namun, keputusan tersebut bukan tanpa pertimbangan mendalam dari pihak produsen, yang melihatnya sebagai solusi jangka panjang bagi pengguna.


Dengan tren kendaraan listrik yang semakin berkembang di Indonesia, banyak produsen berlomba-lomba menawarkan inovasi, baik dari sisi teknologi maupun sistem kepemilikan.


Salah satu yang cukup mencuri perhatian adalah Polytron, produsen elektronik dalam negeri yang kini serius terjun ke industri otomotif listrik melalui lini motor listriknya.


Polytron Fox-R, salah satu andalan mereka, hadir dengan desain futuristik dan performa yang diklaim andal, namun kebijakan baterai sewa membuatnya berbeda dari kebanyakan kompetitor.


Konsumen yang membeli motor listrik ini tidak akan mendapatkan baterai di dalam paket penjualannya.


Sebagai gantinya, pengguna wajib menyewa baterai dengan biaya Rp200 ribu per bulan.


Sistem ini dioperasikan melalui aplikasi khusus yang terintegrasi langsung dengan unit motor.


Meski terdengar sebagai beban tambahan, pendekatan ini justru diklaim memberikan keuntungan finansial maupun teknis bagi pengguna.


Menurut penjelasan resmi dari pihak Polytron, salah satu alasan utama kebijakan ini adalah tingginya harga baterai itu sendiri.


Baterai motor listrik Fox-R dibanderol sekitar Rp18 juta jika dijual terpisah, sebuah angka yang tentu sangat memberatkan konsumen.


Dengan menerapkan skema sewa, Polytron ingin memastikan bahwa kepemilikan motor listrik tetap terjangkau tanpa mengorbankan akses terhadap teknologi terbaik.


Lebih dari itu, baterai dalam motor listrik memiliki siklus umur terbatas dan cenderung mengalami degradasi performa setelah satu tahun penggunaan.


Penurunan ini tidak hanya berdampak pada jarak tempuh, tetapi juga pada efisiensi energi dan pengalaman berkendara secara keseluruhan.


Melalui sistem sewa, Polytron memberikan jaminan bahwa baterai yang digunakan konsumen selalu dalam kondisi optimal.


Jika performa menurun atau terjadi kerusakan, pengguna cukup melapor melalui aplikasi, dan unit baterai akan diganti dengan yang baru tanpa biaya tambahan.


Pendekatan ini juga memberikan ketenangan bagi pengguna yang khawatir terhadap biaya perawatan jangka panjang.


Jika dibandingkan dengan sistem pembelian penuh, skema sewa ini dapat dikatakan lebih realistis bagi konsumen kelas menengah.


Di sisi lain, kebijakan ini juga mencerminkan strategi bisnis jangka panjang Polytron dalam membangun ekosistem kendaraan listrik yang lebih berkelanjutan.


Dengan memisahkan kepemilikan baterai dari kendaraan, perusahaan memiliki kontrol penuh atas kualitas dan daur ulang baterai, sekaligus memastikan standar performa tetap tinggi.


Menariknya, Polytron juga mempertimbangkan aspek kepraktisan dari sisi desain motor dan baterai.


Baterai yang digunakan pada Fox-R memiliki kapasitas besar dan bobot yang mencapai 30 kilogram.


Dengan ukuran sebesar itu, penggunaan sistem tukar baterai (swap) seperti yang diadopsi beberapa merek lain dinilai kurang cocok.


Pengguna akan kesulitan dalam proses bongkar-pasang secara manual, terutama jika dilakukan di luar rumah atau oleh pengguna yang tidak terbiasa dengan peralatan teknis.


Sebagai gantinya, pengisian daya tetap dapat dilakukan di rumah, SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum), maupun di fasilitas fast charging milik Polytron yang mulai dikembangkan di sejumlah titik strategis.


Keputusan untuk tidak menggunakan sistem swap dan menggantinya dengan sewa baterai dapat dikatakan sebagai bentuk penyesuaian terhadap karakteristik produk dan kebutuhan pasar lokal.


Dari sudut pandang bisnis, langkah ini menunjukkan keberanian Polytron dalam keluar dari pola umum industri dan menawarkan solusi yang lebih inklusif serta berorientasi jangka panjang.


Jika melihat lebih luas, sistem seperti ini sebenarnya sudah cukup lazim di beberapa negara yang lebih dulu mengadopsi kendaraan listrik.


Di Cina misalnya, konsep leasing baterai sudah dijalankan oleh beberapa merek besar karena dinilai memudahkan konsumen sekaligus memperpanjang usia kendaraan.


Namun, penerapan di Indonesia masih tergolong baru dan belum banyak diketahui masyarakat secara luas.


Maka, langkah Polytron bisa dianggap sebagai pionir dalam membentuk persepsi baru bahwa memiliki kendaraan listrik tak selalu harus diiringi dengan kepemilikan penuh terhadap seluruh komponennya.


Dari perspektif pengguna, ada nilai tambah yang patut diapresiasi.


Skema sewa baterai bukan sekadar solusi praktis, melainkan juga bentuk tanggung jawab produsen dalam memastikan kendaraan yang dijual tetap berfungsi optimal sepanjang waktu.


Meski awalnya menimbulkan kebingungan, pendekatan ini berpotensi menjadi standar baru dalam industri motor listrik Tanah Air.


Kini tinggal bagaimana Polytron membangun ekosistem pendukung yang kuat, mulai dari penyediaan stasiun pengisian cepat, dukungan layanan purna jual, hingga edukasi publik soal manfaat sistem ini.


Dengan penetrasi yang konsisten dan strategi komunikasi yang efektif, bukan tak mungkin sistem sewa baterai ala Polytron akan menjadi inspirasi bagi pemain lain di pasar kendaraan listrik nasional.

Wassalamu'alaikum.

Irvan, S.E.
Irvan, S.E. Hallo, Saya Irvan, Saya adalah blogger yang sudah aktif menulis mengenai seluk-beluk permotoran sejak tahun 2019 dan sekarang merambah ke permobilan. Saya adalah lulusan SMK Otomotif di tahun 2015 dan lulus sebagai Sarjana Ekonomi di tahun 2019.

 ⚠  Iklan  ⚠ 
 ⚠  Iklan  ⚠ 

 ⚠  Iklan  ⚠ 

Suka dengan artikel Satupiston.com? Jangan lupa subscribe kami di Youtube :)