Kelebihan dan Kekurangan NgeGrab Secara Offline atau Tanpa Aplikasi, Murah dan Fleksibel Tapi Risiko Lebih Tinggi
Satupiston.com - Assalamu'alaikum. Fenomena penggunaan layanan transportasi daring secara offline atau tanpa aplikasi kini semakin marak di sejumlah wilayah perkotaan.

Kondisi ini muncul seiring dengan kebutuhan masyarakat akan alternatif transportasi yang lebih fleksibel dan terkadang lebih murah dari harga aplikasi.
Namun di balik keuntungan yang ditawarkan, sistem ini menyimpan sejumlah risiko yang patut diperhatikan baik oleh penumpang maupun pengemudi.
Di lapangan, praktik “ngegrab offline” kerap terjadi ketika pengguna atau pengemudi sepakat untuk tidak menggunakan aplikasi Grab sebagai perantara.
Proses kesepakatan ini biasanya berlangsung spontan, di luar sistem digital, dan hanya berdasarkan komunikasi lisan atau kesepakatan melalui pesan singkat.
Salah satu daya tarik utama dari cara ini adalah fleksibilitas tarif yang bisa disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Dalam beberapa kasus, tarif bisa lebih murah dari harga yang muncul di aplikasi, terutama ketika jarak perjalanan dekat atau pengemudi ingin cepat mendapat penumpang.
Namun di sisi lain, dalam kondisi tertentu, tarif justru bisa menjadi lebih mahal, terutama jika penumpang menyetujui harga yang ditawarkan tanpa melakukan perbandingan terlebih dahulu.
Fleksibilitas juga berlaku dalam hal rute perjalanan, di mana penumpang bisa meminta untuk berhenti di beberapa titik atau menjemput orang lain tanpa dikenakan biaya tambahan sebagaimana yang biasanya terjadi jika menggunakan aplikasi resmi.
Hal ini tentunya memberikan kemudahan tersendiri bagi penumpang yang ingin menghemat waktu dan biaya dalam satu kali perjalanan.
Namun, keuntungan ini berbanding lurus dengan potensi kerugian, terutama dari sisi keamanan dan perlindungan hukum.
Salah satu risiko utama dari praktik ini adalah tidak adanya jaminan asuransi dari pihak aplikator.
Jika terjadi kecelakaan atau insiden selama perjalanan, penumpang tidak mendapatkan perlindungan sebagaimana yang dijamin dalam sistem Grab resmi.
Di sisi pengemudi, risiko juga tidak kalah besar karena tanpa perantara platform, seluruh tanggung jawab dan konsekuensi perjalanan harus ditanggung pribadi.
Situasi ini diperburuk dengan tidak adanya sistem pelacakan atau GPS yang terintegrasi dalam aplikasi, sehingga sulit melakukan pelacakan jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
Beberapa pengemudi bahkan mengaku pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan ketika menerima penumpang secara offline, mulai dari pembayaran yang tidak sesuai kesepakatan hingga potensi tindakan kriminal.
Hal yang sama juga dikhawatirkan oleh penumpang, terutama saat menumpang kendaraan tanpa identitas jelas atau tanpa histori perjalanan yang tercatat dalam sistem.
Tanpa keberadaan sistem rating atau ulasan pengguna, penumpang sulit mengetahui rekam jejak pengemudi yang mereka tumpangi.
Meski begitu, sebagian masyarakat tetap memanfaatkan opsi ini karena kemudahan dan efisiensinya, terutama di kawasan dengan jaringan internet terbatas atau saat aplikasi mengalami gangguan teknis.
Faktor lain yang mendukung praktik ini adalah hubungan sosial antara pengemudi dan penumpang yang sudah saling mengenal, sehingga kepercayaan menjadi dasar utama dalam proses perjalanan.
Beberapa komunitas lokal bahkan memfasilitasi layanan “grab offline” melalui grup media sosial atau pesan instan, di mana pengemudi dan penumpang bisa saling berkoordinasi secara langsung.
Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa sistem seperti ini tidak memiliki kontrol atau regulasi dari pihak berwenang maupun perusahaan aplikasi.
Kondisi ini tentu menyulitkan proses penegakan hukum apabila terjadi tindak kejahatan atau pelanggaran selama perjalanan berlangsung.
Dalam pandangan sejumlah pemerhati transportasi, fenomena ini menandakan adanya kebutuhan mendesak untuk mengembangkan sistem layanan transportasi yang lebih inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan masyarakat, tanpa mengorbankan aspek keselamatan.
Ke depan, kolaborasi antara penyedia layanan dan regulator diperlukan untuk menciptakan sistem yang tetap fleksibel namun tetap menjamin keselamatan semua pihak.
Perlu ada edukasi menyeluruh kepada masyarakat mengenai manfaat menggunakan aplikasi resmi serta risiko yang mungkin terjadi ketika memilih jalur offline.
Dengan kesadaran kolektif, diharapkan masyarakat bisa membuat keputusan perjalanan yang lebih bijak dan aman.
Sementara itu, pengemudi diharapkan tetap mengutamakan keamanan dan tidak semata-mata tergiur keuntungan jangka pendek dari sistem offline yang minim perlindungan.
Sampai saat ini, Grab sendiri tidak mengakui transaksi di luar aplikasinya dan menyarankan pengguna untuk tetap menggunakan jalur resmi demi alasan keamanan.
Fenomena “ngegrab tanpa aplikasi” bisa jadi solusi praktis dalam kondisi tertentu, tetapi tetap memerlukan pertimbangan matang dan kesadaran risiko dari setiap individu.
Jika tidak, maka potensi terjadinya insiden yang tidak diinginkan bisa meningkat dan merugikan semua pihak yang terlibat.
Wassalamu'alaikum.