Berbeda dengan Mobil Listrik, Kenapa Motor Listrik Tidak Laku bila Dibandingkan dengan Motor Biasa?
Satupiston.com - Assalamu'alaikum. Fenomena pertumbuhan kendaraan listrik menunjukkan tren yang positif, namun ketimpangan terjadi antara adopsi mobil listrik dan motor listrik di Indonesia.

Meski mobil listrik perlahan mulai mendapat tempat di hati masyarakat, nasib motor listrik justru tidak semujur itu.
Hingga pertengahan 2025, motor listrik masih kesulitan bersaing dengan motor bensin, meskipun promosi dan subsidi pemerintah terus digencarkan.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan baru, mengapa masyarakat lebih terbuka terhadap mobil listrik dibanding motor listrik?
Jika ditelisik lebih dalam, perbedaan ini bukan hanya soal harga atau teknologi semata, tetapi menyentuh aspek psikologis, kebiasaan, dan persepsi terhadap keandalan kendaraan.
Motor listrik memang menawarkan efisiensi energi dan ramah lingkungan, namun ekspektasi pengguna belum sepenuhnya terpenuhi.
Harga motor listrik menjadi salah satu penyebab utama rendahnya minat masyarakat terhadap kendaraan ramah lingkungan ini.
Di sisi lain, mobil listrik memang tergolong mahal, namun segmen pasar mobil sudah terbiasa dengan harga tinggi dan umumnya berasal dari kelas menengah atas yang lebih mampu menanggung selisih harga.
Masalah berikutnya terletak pada durabilitas dan keandalan motor listrik yang belum sepenuhnya terbukti di mata masyarakat.
Pengguna motor di Indonesia sangat bergantung pada kendaraan mereka untuk mobilitas harian, termasuk untuk pekerjaan jarak jauh dan penggunaan intensif.
Kondisi ini membuat mereka ragu beralih ke motor listrik yang dianggap belum tangguh menghadapi tantangan penggunaan di lapangan, terutama saat hujan deras, jalan rusak, atau perjalanan jauh.
Berbeda dengan mobil listrik, yang secara kualitas dinilai cukup setara dengan mobil bensin, motor listrik masih dianggap belum mencapai level yang sama dengan motor konvensional.
Persepsi masyarakat ini turut diperkuat oleh pengalaman beberapa pengguna motor listrik yang mengeluhkan performa baterai yang cepat menurun, serta biaya penggantian baterai yang masih tinggi.
Di tengah harapan terhadap efisiensi energi, nyatanya motor listrik belum memberikan pengalaman yang benar-benar memuaskan dalam hal pengisian ulang baterai.
Waktu pengisian yang lama serta kurangnya stasiun pengisian baterai publik membuat motor listrik terasa tidak praktis, terutama bagi pengguna yang tinggal di luar kota besar atau sering bepergian jauh.
Banyak pengguna mengeluhkan bahwa motor listrik tidak ideal untuk perjalanan lintas kota atau daerah, karena keterbatasan daya tempuh dan belum meratanya infrastruktur pengisian.
Sementara itu, mobil listrik umumnya memiliki jarak tempuh lebih panjang dan lebih sering mendapat dukungan dari fasilitas pengisian di pusat-pusat perbelanjaan, rest area, atau kantor-kantor pemerintahan.
Kondisi ini membuat mobil listrik lebih praktis dan nyaman untuk perjalanan jauh, sebuah keunggulan yang belum dimiliki motor listrik.
Kebiasaan pengguna motor yang mengandalkan efisiensi dan fleksibilitas tinggi belum sepenuhnya diakomodasi oleh teknologi motor listrik saat ini.
Dari sisi emosional, banyak pengguna motor juga masih memegang nilai historis dan kebiasaan terhadap motor bensin.
Suara mesin, getaran, serta pengalaman berkendara yang khas dari motor bensin menjadi bagian dari kepuasan berkendara yang belum bisa digantikan oleh motor listrik yang cenderung senyap dan ringan.
Meski pemerintah telah memberikan subsidi pembelian motor listrik, insentif tersebut belum mampu mendorong permintaan secara signifikan.
Di lapangan, prosedur pencairan insentif masih dianggap rumit, dan sebagian konsumen bahkan tidak memahami cara mendapatkannya.
Kurangnya edukasi publik mengenai manfaat motor listrik serta minimnya kampanye keberlanjutan yang menyentuh lapisan masyarakat akar rumput turut memperlebar jarak penerimaan terhadap kendaraan ini.
Dari sisi produsen, pilihan motor listrik yang tersedia di pasar Indonesia juga masih terbatas.
Banyak merek motor listrik yang baru hadir dalam dua atau tiga tahun terakhir dan belum memiliki reputasi kuat di mata konsumen.
Konsumen cenderung ragu membeli produk dari merek yang belum teruji, apalagi jika layanan purna jual dan jaringan servisnya masih terbatas.
Di sisi lain, produsen motor bensin telah membangun kepercayaan selama puluhan tahun dengan layanan purna jual yang luas dan mudah dijangkau.
Kondisi ini menciptakan keunggulan kompetitif yang belum bisa ditandingi motor listrik.
Meski demikian, peluang motor listrik untuk tumbuh tetap terbuka, terlebih jika inovasi terus dikembangkan dan harga bisa ditekan lebih kompetitif.
Langkah seperti meningkatkan keandalan baterai, memperluas jaringan stasiun pengisian, serta penyederhanaan birokrasi subsidi bisa menjadi solusi untuk mendorong adopsi lebih luas.
Masa depan motor listrik di Indonesia memang masih penuh tantangan, namun bukan berarti tidak ada harapan.
Dengan pendekatan yang lebih menyeluruh, baik dari sisi teknologi, edukasi, maupun dukungan regulasi, peran motor listrik sebagai kendaraan masa depan masih berpeluang besar untuk berkembang.
Wassalamu'alaikum.