Cara Mengatasi Rasa Takut dan Trauma Setelah Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas Menurut IDI Woha

Daftar Isi

 Satupiston.com - Assalamu'alaikum. Mengalami kecelakaan lalu lintas dapat meninggalkan trauma fisik maupun psikologis yang memengaruhi kehidupan seseorang.

Cara Mengatasi Rasa Takut dan Trauma Setelah Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas Menurut IDI Woha
Ilustrasi. Sumber: Pixabay/ RosZie


Rasa takut setelah kecelakaan sering kali muncul akibat pengalaman yang menyakitkan atau mengancam nyawa.


Trauma psikologis ini bisa menghambat aktivitas sehari-hari, seperti mengemudi atau bahkan berjalan di jalan raya.


Menyadari pentingnya penanganan trauma, berbagai organisasi kesehatan, termasuk IDI Woha (idiwoha.org), memberikan panduan untuk membantu korban.


Kecelakaan lalu lintas adalah salah satu penyebab utama cedera di seluruh dunia.


Menurut data WHO, sekitar 1,3 juta orang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan lalu lintas.


Selain itu, jutaan lainnya mengalami cedera yang membutuhkan perawatan medis jangka panjang.


Di Indonesia, data Korlantas Polri menunjukkan bahwa kecelakaan lalu lintas meningkat dalam beberapa tahun terakhir.


Meskipun banyak korban selamat secara fisik, dampak psikologisnya sering kali tidak terdiagnosis.


Rasa takut yang berlebihan, flashback, atau mimpi buruk adalah beberapa gejala umum trauma pasca-kecelakaan.


Untuk membantu mengatasi rasa takut dan trauma ini, para ahli dari IDI Woha merekomendasikan beberapa langkah penting.


Langkah pertama adalah mencari bantuan medis segera setelah kecelakaan.


Penanganan medis yang cepat tidak hanya mencegah komplikasi fisik tetapi juga memulai proses pemulihan psikologis.


Dokter sering merekomendasikan sesi konseling untuk membantu korban mengatasi rasa trauma.


Psikoterapi, seperti terapi kognitif perilaku (CBT), sangat efektif dalam mengelola gejala PTSD.


Dalam beberapa kasus, dokter juga dapat meresepkan obat untuk membantu mengurangi kecemasan.


Dukungan dari keluarga dan teman juga sangat penting dalam proses pemulihan.


Memiliki sistem pendukung yang kuat membantu korban merasa lebih aman dan dihargai.


Komunikasi terbuka memungkinkan korban berbagi pengalaman dan perasaan mereka.


Selain itu, bergabung dengan kelompok dukungan juga bisa memberikan manfaat besar.


Kelompok seperti ini memungkinkan korban bertemu dengan orang-orang yang memiliki pengalaman serupa.


Diskusi dan berbagi cerita dalam kelompok membantu korban merasa tidak sendirian.


Selain konseling dan dukungan sosial, mengadopsi gaya hidup sehat juga berkontribusi pada pemulihan trauma.


Olahraga ringan, seperti yoga atau berjalan kaki, dapat membantu mengurangi stres.


Meditasi dan teknik pernapasan dalam juga terbukti efektif dalam mengatasi kecemasan.


Menghindari konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang sangat penting selama proses pemulihan.


Alkohol dan obat-obatan dapat memperburuk gejala kecemasan dan PTSD.


Penting juga untuk menjaga pola makan yang sehat dan seimbang.


Nutrisi yang baik membantu tubuh pulih lebih cepat dari trauma fisik dan mental.


Mengemudi kembali setelah kecelakaan adalah tantangan besar bagi banyak korban.


Untuk mengatasi rasa takut ini, para ahli merekomendasikan pendekatan bertahap.


Mulailah dengan duduk di dalam kendaraan yang tidak bergerak untuk mengurangi kecemasan.


Setelah merasa nyaman, lanjutkan dengan perjalanan pendek di lingkungan yang aman.


Mengemudi dengan seorang teman atau anggota keluarga juga bisa memberikan rasa aman.


Penting untuk memberi diri waktu dan tidak terburu-buru.


Jika trauma terus berlanjut, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.


Psikolog atau konselor dapat membantu korban mengatasi rasa takut mereka.


IDI Woha juga menyarankan pendidikan tentang keselamatan lalu lintas untuk mencegah kecelakaan di masa depan.


Pendidikan ini mencakup pemahaman tentang aturan lalu lintas dan pentingnya kesadaran situasional.


Penggunaan alat keselamatan, seperti helm dan sabuk pengaman, juga sangat ditekankan.


Selain itu, teknologi seperti rem anti-lock (ABS) dan sistem peringatan tabrakan juga bisa membantu.


Di sisi lain, pemerintah dan komunitas juga memiliki peran penting dalam mengurangi trauma akibat kecelakaan.


Kampanye keselamatan jalan dan peningkatan infrastruktur dapat mencegah kecelakaan.


Fasilitas perawatan pasca-kecelakaan juga harus ditingkatkan.


Dengan kombinasi upaya individu, komunitas, dan pemerintah, dampak trauma akibat kecelakaan bisa diminimalkan.


Kesimpulannya, trauma setelah kecelakaan lalu lintas adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian menyeluruh.


Dengan langkah-langkah yang tepat, seperti bantuan medis, dukungan sosial, dan gaya hidup sehat, pemulihan dapat terjadi.


IDI Woha menekankan pentingnya pendekatan holistik untuk membantu korban bangkit kembali.


Masyarakat juga harus berperan aktif dalam mendukung kampanye keselamatan jalan dan mengurangi risiko kecelakaan.

Wassalamu'alaikum.

Irvan, S.E.
Irvan, S.E. Hallo, Saya Irvan, Saya adalah blogger yang sudah aktif menulis mengenai seluk-beluk permotoran sejak tahun 2019 dan sekarang merambah ke permobilan. Saya adalah lulusan SMK Otomotif di tahun 2015 dan lulus sebagai Sarjana Ekonomi di tahun 2019.

 ⚠  Iklan  ⚠ 
 ⚠  Iklan  ⚠ 

 ⚠  Iklan  ⚠ 

Suka dengan artikel Satupiston.com? Jangan lupa subscribe kami di Youtube :)