IDI Kota Semarang Beberkan Efek Berlama-lama di Kemacetan terhadap Kesehatan Fisik dan Mental

Daftar Isi

 Satupiston.com - Assalamu'alaikum. Kemacetan yang kian menjadi bagian sehari-hari di kota-kota besar seperti Semarang memiliki dampak serius terhadap kesehatan fisik dan mental.

IDI Kota Semarang Beberkan Efek Berlama-lama di Kemacetan terhadap Kesehatan Fisik dan Mental
Ilustrasi. Paparan polusi dan stres akibat kemacetan mengancam kesehatan fisik dan mental. Sumber: Pixabay/ Henpasin


Kemacetan sering kali memicu stres kronis yang memengaruhi tubuh dan pikiran. Stres ini tidak hanya terjadi di lokasi kemacetan, tetapi terus terbawa hingga ke aktivitas sehari-hari.


Paparan polusi udara selama kemacetan turut memperburuk kesehatan fisik, terutama pada pengendara sepeda motor yang lebih terpapar dibandingkan pengguna kendaraan tertutup.


Durasi perjalanan yang lama akibat kemacetan juga memangkas waktu istirahat, memengaruhi produktivitas dan kesejahteraan secara keseluruhan.


Dampak Fisik Akibat Kemacetan

Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Semarang via idikotasemarang.org, kemacetan berkontribusi pada peningkatan tekanan darah, nyeri otot akibat posisi duduk yang tidak ergonomis, hingga risiko penyakit kardiovaskular. 


Kondisi ini sering kali diperburuk oleh paparan polusi udara yang merusak sistem pernapasan, terutama bagi individu dengan riwayat asma atau gangguan paru-paru lainnya.


Studi dari Harvard School of Public Health menunjukkan bahwa paparan emisi kendaraan bermotor saat macet berkaitan dengan risiko kematian dini akibat penyakit jantung dan pernapasan. 


Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh pengendara, tetapi juga oleh penduduk yang tinggal di sekitar jalan raya yang padat.


Selain itu, stres berkepanjangan akibat kemacetan dapat meningkatkan produksi hormon kortisol, yang dalam jangka panjang berdampak pada gangguan metabolisme tubuh. 


Gejala seperti sakit kepala, punggung, hingga insomnia sering dilaporkan oleh mereka yang sehari-hari terjebak kemacetan.


Efek Mental dari Kemacetan

Kemacetan tidak hanya menyerang tubuh, tetapi juga kesehatan mental. Stres berkepanjangan selama perjalanan membuat banyak orang merasa frustrasi, cemas, hingga kelelahan emosional. 


Hal ini diperburuk dengan berkurangnya waktu untuk berkumpul bersama keluarga atau bersosialisasi, yang merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan mental.


Data dari penelitian Urban Design Mental Health mengungkap bahwa individu yang sering terpapar stres lingkungan seperti kemacetan lebih rentan mengalami gangguan kecemasan, depresi, hingga manajemen kemarahan yang buruk. 


Paparan stres ini dapat menciptakan respons "melawan atau lari" secara terus-menerus, yang melemahkan daya tahan psikologis seseorang.


Generasi muda yang bekerja di kota-kota besar seperti Semarang juga kerap melaporkan gejala burnout akibat kemacetan. 


Rasa lelah fisik dan mental ini sering kali menghilangkan motivasi serta semangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari.


Solusi dan Langkah Preventif

Untuk mengurangi dampak buruk kemacetan, IDI Kota Semarang menyarankan beberapa langkah, seperti mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan beralih ke transportasi umum. 


Peningkatan kualitas layanan transportasi publik juga menjadi prioritas untuk mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya.


Masyarakat juga disarankan untuk menerapkan teknik manajemen stres seperti meditasi, olahraga, atau sekadar meluangkan waktu untuk relaksasi di akhir pekan. 


Selain itu, pemerintah diharapkan lebih serius dalam mengimplementasikan kebijakan yang mendukung pengendalian emisi kendaraan dan pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan.

Wassalamu'alaikum. 

Irvan, S.E.
Irvan, S.E. Hallo, Saya Irvan, Saya adalah blogger yang sudah aktif menulis mengenai seluk-beluk permotoran sejak tahun 2019 dan sekarang merambah ke permobilan. Saya adalah lulusan SMK Otomotif di tahun 2015 dan lulus sebagai Sarjana Ekonomi di tahun 2019.


  Ikuti Kami di  -Google News-

 ⚠  Iklan  ⚠ 

 ⚠  Iklan  ⚠ 
 ⚠  Iklan  ⚠ 

Suka dengan artikel Satupiston.com? Jangan lupa subscribe kami di Youtube :)