Berikut Ini Adalah Sepeda Motor Yang Mempergunakan Suspensi Jenis Buttom Link , Kecuali?
Satupiston.com - Assalamu'alaikum. Berikut ini adalah sepeda motor yang mempergunakan suspensi depan jenis buttom link , kecuali Kawasaki Binter AN80 alias....
![]() |
Kawasaki Joy |
Teknologi suspensi pada sepeda motor telah mengalami evolusi yang signifikan selama beberapa dekade terakhir. Salah satu jenis suspensi yang pernah populer adalah suspensi buttom link.
Ngomong-ngomong, dari segi ejaan, sebenarnya yang lebih tepat adalah bottom link dan bukan buttom link.
Namun, seiring perkembangan teknologi, banyak pabrikan motor beralih ke jenis suspensi yang lebih modern.
Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai sepeda motor yang menggunakan dan tidak menggunakan suspensi jenis buttom link, dengan fokus khusus pada perkembangan di Indonesia.
Sejarah Suspensi Buttom Link
Suspensi buttom link pernah menjadi pilihan utama untuk banyak sepeda motor klasik. Jenis suspensi ini terkenal karena kestabilan dan kenyamanannya dalam berbagai kondisi jalan. Pada era 70-an hingga 80-an, banyak motor menggunakan sistem ini karena sederhana dan mudah dalam perawatan.
Namun, seiring waktu, teknologi suspensi berkembang pesat. Peredam kejut modern seperti telescopic fork dan monoshock menjadi lebih umum karena menawarkan performa yang lebih baik dan fleksibilitas yang lebih tinggi.
Seiring perubahan ini, penggunaan suspensi buttom link mulai menurun, meskipun masih ada beberapa model yang tetap setia pada desain klasik ini.
Motor yang Tidak Menggunakan Suspensi Buttom Link
Di era modern, penggunaan suspensi buttom link menjadi semakin langka. Salah satu contohnya adalah Kawasaki Joy.
Motor ini dirancang dengan teknologi terbaru, mengadopsi suspensi depan yang lebih canggih dibandingkan dengan buttom link. Kawasaki Joy menjadi contoh bagaimana inovasi terus mendorong batasan desain sepeda motor.
Selain itu, Honda Supra X dan Supra Fit, yang merupakan motor bebek populer di Indonesia, juga tidak menggunakan suspensi buttom link. Kedua model ini mengadopsi suspensi telescopic fork di bagian depan yang lebih responsif dan nyaman untuk digunakan sehari-hari.
Lebih jauh lagi, tren sepeda motor matic di Indonesia juga menunjukkan peralihan yang jelas dari suspensi buttom link. Motor-motor matic seperti Honda Vario, Yamaha NMAX, dan Suzuki Nex mengadopsi sistem suspensi modern untuk memberikan kenyamanan dan performa yang optimal.
Ridwan, seorang spesialis perbaikan suspensi motor di Tagog Apu, Bandung Barat, menjelaskan, “Motor-motor matic sekarang tidak lagi menggunakan suspensi buttom link karena teknologi telescopic dan shockbreaker belakang lebih bisa diandalkan untuk kenyamanan dan stabilitas saat berkendara.”
Motor yang Menggunakan Suspensi Jenis Bottom Link
Meskipun teknologi suspensi telah berkembang, beberapa sepeda motor klasik tetap menggunakan suspensi jenis buttom link. Berikut adalah beberapa contoh motor yang masih setia dengan suspensi jenis ini:
- Suzuki Familli: Motor klasik ini dikenal dengan desainnya yang ikonik dan penggunaan suspensi buttom link. Sistem suspensi ini memberikan pengalaman berkendara yang stabil dan nyaman, cocok untuk pengendara yang menyukai motor dengan sentuhan nostalgia.
- Yamaha Autolube: Yamaha Autolube juga termasuk dalam daftar motor yang menggunakan suspensi buttom link. Dengan desain yang vintage, motor ini masih memiliki penggemar setia yang menghargai kualitas berkendara dari sistem suspensi ini.
- Honda C70: Salah satu motor legendaris yang masih menggunakan suspensi buttom link adalah Honda C70. Motor ini menjadi favorit banyak orang karena kemudahan perawatan dan kestabilannya di jalan.
Ridwan, yang telah bekerja selama lebih dari 15 tahun di bidang perbaikan suspensi, menyebutkan, “Banyak penggemar motor klasik yang masih mencari motor dengan suspensi buttom link. Mereka menyukai karakteristik unik dari suspensi ini yang berbeda dengan suspensi modern. Selain itu, motor-motor ini juga lebih mudah diperbaiki karena komponennya yang sederhana.”
Plus Minus Suspensi Buttom Link
Suspensi buttom link memiliki keunggulan dan kekurangan tersendiri. Keunggulan utama dari suspensi jenis ini adalah stabilitasnya di jalan lurus dan gaya klasiknya. Suspensi buttom link juga lebih murah dalam hal perbaikan karena desainnya yang sederhana.
Namun, ada beberapa kekurangan yang membuat pabrikan beralih ke jenis suspensi lain. Salah satunya adalah kurangnya fleksibilitas dan responsifitas saat menghadapi jalan yang bergelombang atau menikung tajam. Sistem ini juga cenderung lebih berat dibandingkan suspensi modern, yang dapat mempengaruhi performa dan efisiensi bahan bakar.
Ridwan menambahkan, “Suspensi buttom link memang lebih stabil di jalan lurus, tapi untuk kenyamanan di jalan yang bergelombang atau berliku, suspensi modern lebih unggul. Itulah mengapa banyak pabrikan motor sekarang beralih ke telescopic fork atau monoshock.”
Selain itu dalam kecepatan tinggi, suspensi buttom link a.k.a bottom link ini cenderung kalah jauh bila dibandingkan dengan suspensi modern.
Meskipun suspensi buttom link sudah jarang digunakan di motor modern, tidak berarti jenis suspensi ini akan sepenuhnya hilang. Ada kemungkinan bahwa teknologi ini dapat kembali dalam bentuk yang lebih canggih dengan pengembangan lebih lanjut. Namun, untuk saat ini, tren jelas menunjukkan dominasi suspensi telescopic fork dan monoshock di pasar sepeda motor.
Ridwan berpendapat, “Ke depan, saya pikir kita akan melihat lebih banyak inovasi di bidang suspensi motor. Mungkin kita akan melihat teknologi baru yang menggabungkan keunggulan dari berbagai jenis suspensi untuk menghasilkan performa yang lebih baik.”
Meskipun suspensi buttom link memiliki tempatnya dalam sejarah sepeda motor, inovasi terus mendorong batasan desain dan performa.
Sepeda motor modern seperti Kawasaki Joy dan berbagai model matic telah meninggalkan suspensi jenis ini demi teknologi yang lebih baru dan lebih baik.
Namun, motor klasik seperti Suzuki Familli, Yamaha Autolube, dan Honda C70 tetap mempertahankan suspensi buttom link, menawarkan pengalaman berkendara yang unik bagi para penggemar setia mereka.
Wassalamu'alaikum.